Kisah Nyata : Nasihat dari pak Mulyo Santoso


Saya tak tahu persis mengapa kami bisa sedemikian akrab. Usianya dan usia saya terpaut jauh, barangkali saya lebih cocok menjadi adik bungsu atau anaknya. Tapi kami akrab. Pak Mulyo Santoso, namanya. Saya mengenal dia, sebagai agen koran kecil di tahun-tahun 1994-1995, di awal karir saya sebagai tenaga penjualan koran di Republika.

Dan kami terus bertemu, berinteraksi di tahun-tahun berikutnya, walau saya sudah bekerja di koran yang berbeda-beda.

Dia datang ke Jakarta tak berbekal apa-apa, selain nekad dan cita-cita besar menaklukan ibukota. “Karirnya” sebagai penjual koran dimulai di Terminal Pulogadung, sebagai pengecer dan loper untuk pelanggan di sekitar Kelapa Gading. naik turun bis berjualan koran adalah soal yang harus dijalaninya, ketika itu. Dan itu yang mengantarkan jodohnya, bertemu seorang gadis-karyawan sebuah bank plat merah, yang tentu jauh derajatnya dibanding seorang loper koran-.

Tapi jodoh tentu tak ada yang menyangka. Gadis itu, kemudia menjadi Ibu Mulyo Santoso, sudah mendampingi beliau hingga kini di masa taunya.

Mulyo muda, adalah Mulyo yang berhati baja. Tak bisa masuk dunia kerja, hanya berjualan koran tak berarti mematahkan cita-citanya untuk menaklukan ibukota.

Tapi berbisnis, tak selalu nampak mulus seperti aspal di jalan raya. Suatu ketika, dengan nekatnya, Mulyo Muda menggadaikan Vespa yang baru dibeli istrinya dengan mencicil, untuk menambah modal usaha. Tentu tak mudah bagi istri untuk menerima, tapi Mulyo muda tetap berhati baja.

Dan kisah Vespa itu menjadi manis kini. Di bilangan Jl Musik Raya Kelapa Gading, kini berdiri megah kantor operasional PT Gading Indah Agency, yang me-manajemeni cabang-cabangnya di berbagai perumahan elit di Jabotabek ini. Omzetnya kabarnya ratusan juta per bulannya.

Pak Mulyo selalu menasehati saya : yang masih pemula. Jangan mudah tergoda, fokus saja. Konsisten pada mimpi lebih penting. Kadang kita banyak tergoda -untuk gagal dan berhenti – justru karena rasa khawatir yang kita buat sendiri. Rasa khawatir yang membuat kita setengah hati dan malau-malu. Khawatir gagal, khawatir diledek orang, khawatir tak ada lagi masa depan.

Kendalikan emosi. Pak Mulyo bilang, mencari 1000 musuh lebih mudah daripada mencari 1 kawan. Berprasangka baiklah terhadap kawan bisnis, karyawan dan rekanan. Prasangka buruk justru akan mempercepat kehancuran. Kalau uang yang kita kejar, maka “hanya uang” yang kita dapat; tanpa teman yang baik, kesehatan yang prima dan bisnis yang langgeng sampai kita tua.

Tadi siang yang panas, di atas tikar, di rumah barunya yang sedang direnovasi di kawasan The ICON-BSD, lama lagi kami berbincang. Satu hal lagi yang pak Mulyo pesankan pada kita : sukses kita bukan diukur dari berapa jumlah rumah atau mobil yang kita punya, tapi sampai dimana anak-anak kita mampu menaklukan dunia. Dan terbukti, kini anak-anaknya sudah jadi “orang” semua.

Sebuah Nasihat yang dalam, dari pak Mulyo Santoso yang berhati baja. Terima kasih pak Mulyo. Semoga menginspirasi.
Sumber : disini

1 thought on “Kisah Nyata : Nasihat dari pak Mulyo Santoso

Leave a reply to Monza Aulia Cancel reply